Beranda | Artikel
Para Pejuang Di Perang Badar
Minggu, 13 Desember 2009

PARA PEJUANG DI PERANG BADAR

Yaumul-Furqân. Itulah nama lain untuk menyebut hari berkecamuknya perang yang pertama kali dalam Islam, perang Badar. Meskipun bukan peperangan yang besar, namun sangat menentukan perjalanan sejarah Islam. Karenanya dalam Al-Qur`ân disebut Yaumul-Furqân, yaitu hari kebenaran menaklukkan kebatilan.

Pada peperangan itu kaum Muhajiriin harus berhadapan dengan orang-orang yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan mereka. Pertemuan di medan peperangan yang harus memilih antara membunuh atau dibunuh. Sementara itu, kaum Anshar yang telah mendeklarasikan kesetiaan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , mereka tidak lagi membatasi pembelaan dengan butir-butir pada Baiat ‘Aqabah yang kedua semata. Yaitu pembelaan di wilayah Madinah saja. Akan tetapi mereka siap membela aqidah Islamiyyah tanpa syarat. Jumlah kaum Muhajiriin lebih dari 60 sekian orang. Sedangkan jumlah kaum Anshar lebih dari 240 sekian sahabat.[1]

Ahli Badar, yaitu para sahabat yang berlaga di medan peperangan Badr ini sangat pantas memperoleh penghormatan yang tinggi. Sampai akhirnya gelar al-Badri ( الْبَدْرِيُّ ), yang menunjukkannya sebagai bagian dari pasukan Muslimin di perang Badr pun melekat pada setiap nama-nama mereka. Al-Qur`ân juga mengabadikan kegigihan para Ahli-Badr dalam memperjuangkan agama di hadapan kaum musyrikin, sebagaimana tersebut dalam surat Ali ‘Imrân/3 ayat 123-127 dan surat al-Anfâl secara umum.

Dalam perang tersebut, Hâritsah bin Surâqah bin al Hârits [2] gugur. Lantas sang ibu, Rubayyi’ binti an-Nazhr, bibi Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhuma menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menanyakan kondisi anaknya kelak, apakah berada di surga sehingga dirinya akan bersabar dan rela, atau berada dalam kondisi yang lain? Demikian pertanyaan dari si ibu. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan bahwa Hâritsah tidak hanya berada di satu surga, akan tetapi berada di sekian banyak surga.[3]

Keutamaan para Ahli Badri juga tersirat pada kisah sahabat Hâthib bin Abi Balta’ah saat ia mencoba membocorkan rencana penyerangan ke Makkah. Sehingga Sahabat ‘Umar menganggap perbuatan tersebut sebagai pengkhianatan. Oleh karenanya, ia pantas dibunuh. Mendengar kekecewaan ‘Umar bin al-Khaththab, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan:

فَقَالَ أَلَيْسَ مِنْ أَهْلِ بَدْرٍ فَقَالَ لَعَلَّ اللَّهَ اطَّلَعَ إِلَى أَهْلِ بَدْرٍ فَقَالَ اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ فَقَدْ وَجَبَتْ لَكُمْ الْجَنَّةُ أَوْ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكُمْ فَدَمَعَتْ عَيْنَا عُمَرَ وَقَالَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ

Bukankah ia (Haathib) itu termasuk yang ikut perang Badr? Dan Allah telah menyaksikan Ahli Badar, seraya berfirman: ‘Berbuatlah apa yang kalian kehendaki, sungguh surga telah pasti bagi kalian’, atau dalam riwayat lain: ‘Aku telah mengampuni kalian’.” [4]

Oleh karenanya, untuk memberi penghormatan kepada mereka, maka pada masa pemerintahan ‘Umar, para Ahli Badar ini ditempatkan pada posisi tertinggi dalam daftar nama keprajuritan. Yang juga berarti memperoleh tunjangan yang besar dari negara.

Berikut ini, nama-nama para sahabat berdasarkan huruf Hijaiyyah yang ikut merasakan kengerian suasana perang Badar. Secara khusus, Khulafâur-Râsyidîn ditempatkan di awal sebagai penghormatan kepada mereka. Dan nama-nama di bawah ini tidak mencakup Ahli Badar secara keseluruhan, tetapi terbatas pada nama-nama yang dikutip oleh Imam al-Bukhâri dalam riwayat-riwayat kitab Shahîh-nya. Jumlah seluruhnya mencapai 44 sahabat.[6]

Sebagian Nama-Nama Ahli Badar

  1. Abdullah bin ‘Utsmân Abu Bakr ash-Shiddîq.
  2. ‘Umar bin al Khaththâb al-‘Adawi.
  3. ‘Utsmân bin ‘Affân al-Qurasyi (walaupun tidak berada di medan pertempuran, tetapi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberinya bagian dari harta rampasan, karena beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya untuk menjaga putri beliau).
  4. ‘Ali bin Abi Thâlib al Hâsyimi.
  5. Iyâs bin al Bukair.
  6. Bilâl bin Rabbâh.
  7. Hamzah bin Abdil-Muththalib.
  8. Hâthib bin Abi Balta’ah.
  9. Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabi’ah al-Qurasyi.
  10. Hâritsah bin ar-Rubayyi’ (Ibnu Surâqah) al-Anshâri.
  11. Khubaib bin ‘Adi al-Anshâri.
  12. Khunais bin Hudzâfah as-Sahmi.
  13. Rifâ’ah bin Râfi; al-Anshâri.
  14. Rifâ’ah bin Abdil-Mundzir Abu Lubâbah al-Anshâri.
  15. Az-Zubair bin al ‘Awwâm al-Qurasyi.
  16. Zaid bin Sahl Abu Thalhah al-Anshâri.
  17. Abu Zaid al-Anshâri.
  18. Sa’ad bin Abi Waqqâsh az-Zuhri.
  19. Sa’ad bin Khaulah al-Qurasyi.
  20. Sa’id bin Zaid bin ‘Amr bin Nufail al-Qurasyi.
  21. Sahl bin Hunaif al-Anshâri.
  22. Zhuhair bin Râfi’ al-Anshâri dan saudara laki-lakinya.
  23. ‘Abdullah bin Mas’ud al-Hudzali.
  24. ‘Utbah bin Mas’ud al-Hudzali (saudara ‘Abdullah bin Mas’ud).
  25. ‘Abdur-Rahmân bin ‘Auf az-Zuhri.
  26. ‘Ubaidah bin al Hârits al-Qurasyi.
  27. ‘Ubâdah bin ash Shaamit al Anshâri.
  28. ‘Amr bin ‘Auf.
  29. ‘Uqbah bin ‘Amr Abu Mas’ûd al Badri al Anshâri.
  30. ‘Âmir bin Rabî’ah al-‘Anazi.
  31. ‘Âshim bin Tsâbit al Anshâri.
  32. ‘Uwâim bin Sâ’idah al Anshâri.
  33. ‘Itbân bin Mâlik al Anshâri.

Semoga Allah Ta’ala senantiasa mencurahkan rahmat dan ridha-Nya kepada mereka yang telah berjasa besar bagi Islam dan kaum muslimin.

(Fathul-Bâri bi Syarhi Shahîhil Bukhâri, al Hâfizh Ahmad bin ‘Ali bin Hajr al-‘Asqalani (774-852 H), Ta’lîq: Syaikh ‘Abdur-Rahmân bin Nâshir al Barrâk, Dar Thaibah, Cetakan I, Tahun 1426 H/2005 M)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XI/1428H/2008M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. Riwayat al-Bukhâri, no. 3956.
[2]. Surâqah juga seorang sahabat Rasulullah, meninggal pada perang Hunain. Lihat al-Fath, 9/46.
[3]. HR al-Bukhâri, no. 3982.
[4]. HR al-Bukhâri, kitab al-Maghâzi bab Fadhlu man Syahida Badran, hadits no. 3983. Muslim, kitab Fadhâili ash-Shahâbah, Bab: Min Fadhâili Ahli Badr wa Qishshati Hâthib ibni Abi Balta’ah, no. 4550.
[5]. Maksudnya disebutkan dalam riwayat tersebut keterangan bahwa si Fulan termasuk Ahli Badr. Jadi bukan mengingkari keikutsertaan para sahabat lainnya yang tidak tercantum dalam daftar Imam al-Bukhâri ini. Lihat al-Fath, 9/79.
[6]. Al-Hâfizh Ibnu Hajr rahimahullah menyampaikan bahwa daftar nama para sahabat yang mendampingi Rasulullah dalam perang Badr telah diuraikan secara terperinci oleh al-Hâfizh Dhiyâuddin al-Maqdisi rahimahullah dalam kitab al-Ahkaam. Begitu juga Ibnu Sayyidinnas rahimahullah telah menguraikannya secara keseluruhan dalam kitab ‘Uyûnul-Atsar. Lihat Fat-hul-Bâri, 9/83.


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/2596-para-pejuang-di-perang-badar.html